Riau, dengan kekayaan budaya Melayunya, menyimpan berbagai tradisi luhur yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satunya adalah Upacara Penolak Bala Belian, sebuah ritual sakral yang bertujuan untuk menjauhkan masyarakat dari marabahaya, penyakit, dan segala bentuk kesialan. Upacara ini bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan sosial yang mendalam bagi komunitas Melayu Riau.
Menurut catatan dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dalam sebuah seminar kebudayaan yang diselenggarakan di Pekanbaru pada hari Selasa, 6 Mei 2025, Penolak Bala Belian diperkirakan telah ada sejak berabad-abad lalu dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Melayu di berbagai daerah di Riau, terutama di wilayah pesisir dan pedalaman. Upacara ini biasanya dipimpin oleh seorang tokoh adat atau dukun yang disebut “Belian” atau “Kemantan”. Prosesi Upacara ini melibatkan berbagai elemen, termasuk pembacaan mantra, penggunaan sesajian, tarian, dan musik tradisional.
Pelaksanaan Upacara Penolak Bala Belian seringkali dilakukan pada waktu-waktu tertentu ketika masyarakat merasa rentan terhadap ancaman, seperti saat terjadi wabah penyakit, bencana alam, atau menjelang musim yang tidak menentu. Tempat pelaksanaannya pun bervariasi, bisa di balai adat, lapangan terbuka, atau bahkan di rumah-rumah warga tergantung pada skala dan tujuan upacara. Persiapan Upacara Penolak Bala ini melibatkan seluruh komunitas, mulai dari pengumpulan bahan-bahan sesajian hingga penyiapan tempat dan perlengkapan musik.
Salah satu ciri khas dari Upacara Penolak Bala Belian adalah penggunaan alat musik tradisional seperti gendang, gong, dan serunai yang mengiringi jalannya ritual. Irama musik yang khas diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat memanggil roh-roh pelindung dan mengusir roh-roh jahat penyebab bala. Selain itu, tarian yang dibawakan oleh Belian atau penari khusus juga memiliki makna simbolis yang mendalam, menggambarkan perjuangan antara kebaikan dan kejahatan, serta upaya untuk memohon keselamatan dan perlindungan dari Yang Maha Kuasa.
Meskipun zaman terus berkembang, Upacara Penolak Bala Belian masih tetap dilestarikan oleh sebagian masyarakat Melayu Riau. Upaya pelestarian ini tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan warisan budaya, tetapi juga untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya. Upacara ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.